Menjemput Maut Dengan Tangan Mencakar - Berita Unik dan Aneh

Menjemput Maut Dengan Tangan Mencakar - Berita Unik dan Aneh - Apakah sahabat sedang mencari informasi tentang Berita Pagi Satu ?, Nah isi dalam Artikel ini disusun agar pembaca dapat memperluas pegetahuan tentang Menjemput Maut Dengan Tangan Mencakar - Berita Unik dan Aneh, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan referensi dari semua pembahasan untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Kecantikan, Artikel Kesehatan, Artikel Makanan, Artikel Mitos, Artikel Ragam, Artikel Unik, yang kami suguhkan ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Menjemput Maut Dengan Tangan Mencakar - Berita Unik dan Aneh
link : Menjemput Maut Dengan Tangan Mencakar - Berita Unik dan Aneh

Baca juga


Menjemput Maut Dengan Tangan Mencakar - Berita Unik dan Aneh

Menjemput Maut Dengan Tangan MencakarAkuIslam.ID - Malam belum larut. Dr Supriyadi (57 tahun) masih bercengkrama dengan sanak saudara yang berkunjung ke rumahnya. Tiba-tiba, Handphone di saku baju kokonya bergetar. Sejenak dia terdiam, lalu membuka pesan yang masuk ke dalam Handphone tersebut. Ada rasa kaget yang menyelinap di jantung. Sebab, dia menerima pesan dari saudaranya, Halimah (55 tahun), yang memberi kabar bahwa anaknya, Salimah (28 tahun), mengalami kejang-kejang.

Ilustrasi

Sejenak, Dokter Supriyadi termangu, ada rasa tidak percaya yang melintas lantaran sore tadi, Salimah baru saja berkunjung ke rumah anak Dr Supriyadi. Tapi, sebagai seorang dokter, jiwanya merasa terpanggil. Dia pun berpamitan ke sanak saudara yang ada di rumah. Dengan mengendarai motor pribadi, Dr. Supriyadi meluncur ke rumah Halimah.

Jarak rumah dokter Surpriyadi tidak terlalu jauh dengan rumah Halimah. Tidak kurang dari 15 menit, Dr. Supriyadi sudah sampai di rumah Halimah. Di depan rumah, Dr Supriyadi melihat warga sudah ramai berkumpul di beranda. Dr. Surpriyadi memberi salam, dan langsung memasuki kamar Salimah.

Seketika itu, Dr. Supriyadi tercekat karena melihat Salimah seperti sedang mengalami sakaratul maut. Kedua matanya melotot. Mulut Salimah meraung-raung, dan meracau tidak tentu.

"Saya nggak siap sekarang. Ampun.... ampun," erang Salimah

Halimah dan Ningsih (kakak Salimah) hanya bisa menangis, melihat keadaan Salimah yang seperti mendekati ajal.

Dr. Supriyadi langsung sigap. Dia kemudian memberi suntikan obat penenang. Perlahan-lahan, Salimah berhenti meraung-raung. Pukul 23.54, Salimah bisa terlelap tidur. Dr. Supriyadi dan Halimah meminta warga pulang, karena Salimah sudah bisa tidur. Suasana rumah Halimah kembali tenang. Tengah malam, Dr. Supriyadi pulang.

Pada pagi hari Idul Fitri, selepas menunaikan ibadah Shalat ID, Dr. Supriyadi berniat berkunjung ke rumah mertua dan saudara dari pihak istrinya. Tapi sebelum berangkat, tiba-tiba Handphone di saku baju kok Dr. Supriyadi bergetar. Sejenak dia membuka pesan yang masuk, dan kembali terperanjat karena mendapat kabar bahwa Salimah kembali kejang-kejang.

Dr. Supriyadi kembali meluncur ke rumah Halimah. Tapi, kondisi Salimah sudah tak bisa tertolong lagi. Saat tiba di rumah Halimah, dia menjumpai Salimah sudah menghembuskan nawas terakhir. "Saya dan keluarga shock. Tak tahu harus berbuat apa. Sebab ini di luar dugaan saya," ujar Dr. Supriyadi.

Tapi, saat menatap kondisi Salimah, Dr. Supriyadi melihat ada hal aneh. Sebab Salimah menjemput ajal dengan mengenaskan; kedua matanya melotot. Tangan kiri dan kanan seperti mau mencakar. Kedua kakinya mengangkang namun bentuknya menyilang.

****************************************

Sore selepas Asar, Jenazah Salimah akhirnya dimandikan. Warga hanya sempat berbisik-bisik. Sebab melihat prosesi memandikan jenazah Salimah cukup lama lebih dari tiga jam. Jamilah (38 tahun), warga kampung yang biasa memandikan jenazah di kampung tersebut, harus berjuang sekuat tenaga karena menuruti permintaan dari keluarga yang menuntut kaki Salimah diluruskan.

Jamilah sempat merinding, karena keluarga mendatangkan tukang urut yang memaksa dengan kasar sewaktu meluruskan bagian tangan Salimah yang terlihat seperti mau mencakar. Selain bagian tangan, tukang urut itu pun memaksa kaki almarhumah untuk bisa diluruskan. Bahkan, kaki kiri Salimah sempat patah karena proses pelurusan tersebut.

Selesai bagian tangan dan kaki, tukang urut itu membereskan kelopak mata Salimah. mata Salimah tak kunjung terpejam walau sudah diusap berkali-kali dan bahkan dipaksa untuk tertutup. Setelah dipaksa berkali-kali, kejadian aneh malah terjadi. Dari telinga almarhumah tiba-tiba keluar ulat yang ukurannya seperti jari kelingking.

Jamilah sempat merasa mual. Beberapa orang yang membantu proses pemandian pun bahkan ada yang memilih keluar, lalu pulang ke rumah karena merasa jijik. Hingga akhirnya, setelah dipaksa berkali-kali, mata almarhumah bisa terpejam.

Jasad Salimah kemudian dibawa ke ruang tamu untuk dikafani. Orang yang membopong Jasad Salimah rupanya ada yang kurang hati-hati sehingga terpeleset. Akibatnya, jasad Salimah terjatuh. Orang-orang yang melihat kejadian itu hanya bisa melongo dan kaget. Sementara itu, beberapa wanita yang masih keluarga almarhumah, terutama ibunda Salimah menangis, dan menahan malu.

Setelah mengalami banyak peristiwa aneh, jasad almarhumah pun dikafani. Tak terjadi kejadian aneh lagi saat prosesi pengkafanan ini.

Tepat, selepas Maghrib, jenazah diberangkatkan ke pemakaman. Ustadz Bahron (34 tahun) ikut mengantar jenazah ke pemakaman. Karena lokasi pemakaman cukup jauh dan hari sudah malam, Ustadz Bahron mengusulkan untuk mengambil jalan pintas lewat pematang sawah. Sebab, jika tidak mengambil jalan pintas, bisa memakan waktu lama untuk sampai ke pemakaman.

Di sinilah, kejadian yang aneh kembali terjadi. Lantaran pematang sawah yang sempit, para pengantar jenazah yang memanggul keranda mengalami kesulitan. Jenazah Salimah pun sempat jatuh, bahkan jatuh berkali-kali. Keluarga almarhumah marah-marah, menganggap orang-orang yang mengangkat keranda ceroboh. Keluarga meminta jenazah dilewatkan jalan raya, tidak lewat pematang sawah.

Tapi, Ustadz Bahron tidak menggubris permintaan keluarga. Hingga akhirnya, jenazah Salimah sampai ke pemakaman. Tapi semua pengantar jenazah hanya terpana. Sebab, tidak ada satu pun orang di makam. Para penggali kubur sudah pulang karena menganggap proses pemakaman batal dilangsungkan malam itu.

Terpaksa Ustadz Bahron dan warga turun ke liang lahat. Sesudah selesai meletakan jasad Salimah, tiba-tiba salah satu warga berteriak, "Tidak ada cangkul, gimana ini?"

Ustadz Bahron sempat terpana, tapi kemudian punya ide. "Pakai papan saja dan dorong tanahnya ke liang lahat."

Usulan Ustadz Bahron diterima, dan beberapa orang yang mengantar jenazah Salimah ke pemakaman terakhir itu langsung sigap, dengan mengambil papan yang ada di dekat liang lahat. Setelah orang-orang pengantar jenazah itu berjuang sekuat tenaga, prosesi pemakaman Salimah pun usai.

Ustadz Bahron kemudian memimpin doa, dan setelah itu orang-orang pulang dengan segumpal pertanyaan lantaran melihat kejadian yang aneh dalam proses pemandian jenazah dan terakhir bahkan waktu mengantar jenazah almarhumah kemakam beberapa kali sempat jatuh.

Hampir semua warga memang tidak mengenal Salimah, terutama tentang keyakinan yang dianut Salimah. Warga kampung hanya tahu, dahulu Salimah memang pernah menikah dengan seorang pemuda yang beragama Non-Muslim.

Salimah jatuh hati. Lebih dari itu, ia memilih menikah dengan pemuda itu lantaran ingin hidup mapan. Pemuda itu pun bersedia menikahi Salimah, dan memenuhi harapan Salimah dengan syarat Salimah mau pindah agama.

Salimah tidak menolak syarat itu. Salimah pun kemudian pindah agama. Setelah itu, Salimah dan pemuda itu melangsungkan pernikahan. Sayang, pernikahan itu hanya berumur 6 tahun karena Salimah memergoki suami berselingkuh dengan wanita lain. Akhirnya, Salimah menuntut cerai.

Setelah bercerai dengan pemuda itu, Salimah kembali memeluk agama Islam. Tetapi, godaan datang menghampiri Salimah. Seminggu kemudian, ada seorang pemuka agama Non-Muslim yang meminta Salimah untuk mengisi acara keagamaan dengan imbalan 34 juta.

Awalnya, Salimah menolak. Akan tetapi usai dipikir-pikir, dia rupanya goyah. Tawaran itu pun diterimanya. Salimah tidak lagi memedulikan agama Islam yang baru dipeluknya dan kembali berpindah agama lagi.

Di balik semua itu, tidak ada yang diharapkan oleh Salimah kecuali harta. Sebab, di mata Salimah, dengan menjadi pemeluk agama Islam, dia akan tetap jatuh miskin. Sebaliknya, dengan berpindah agama atau menjadi non-muslim ia bisa kaya.

Tidak banyak orang yang tahu soal keyakinan Salimah ini. Bahkan, ibunya sendiri pun tidak tahu jika Salimah kembali menjadi Non-Muslim. Sebab, sewaktu di rumah, terutama di hadapan sang ibu, Salimah berpenampilan layaknya seorang muslimah beneran. Ia memakai jilbab. bahkan, di hadapan ibunya, Salimah pun pura-pura shalat.

Sementara itu, di hadapan beberapa teman Salimah, dia mengaku beragama Non-Muslim. Di leher Salimah terselip kalung agama Non-Muslim dan dengan bangga dia pun menunjukkan kalung tersebut kepada teman-teman dekatnya, salah satunya dihadapan Ustadz Bahron.

from Aku Islam I Berbagi Kebaikan Untuk Sesama https://ift.tt/2Ir9y5j
Sumber KLIK Di Sini atau http://www.akuislam.id/

from Berita Unik dan Aneh https://ift.tt/2KcmLfQ


Demikianlah Artikel Menjemput Maut Dengan Tangan Mencakar - Berita Unik dan Aneh

Sekianlah artikel Menjemput Maut Dengan Tangan Mencakar - Berita Unik dan Aneh kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan artikel ini.

Subscribe to receive free email updates: